BALWANA Van Palembang

PALEMBANG ‘een rijk aan oostkust van Sumatera’ atau sebuah kerajaan di Pantai Timur Sumatera. Dalam catatan sejarah di Nusantara, predikat Palembang begitu lekat dengan kerajaan maritim, jalur perdagangan antar pulau, hingga kota kerajaan dengan multi etnis yang tumbuh subur dalam keberagaman. Musi sebagai gerbang maritim Palembang menjadi saksi dari komunikasi kultural yang terjadi berabad-abad silam. Musi sebagai titik temu pelayaran laut dan sungai pun memberi Palembang predikat Venice of the east atau Venesia dari timur. Keberadaan sungai ini seperti halnya jantung peradaban dari setiap jengkal pembangunan dan perniagaan.

Melompat jauh pada tahun 1900an, Palembang yang memiliki akar sejarah maritim kuat kemudian berubah menjadi sebuah kawasan gemeente dengan status kotapraja. Decentralisatie Wet 1903 menjadi permulaan Kota Palembang dibangun atas kebijakan dari Pemerintah Hindia Belanda. Per 1 April 1906, tertuang dalam staatblad tahun 1906, nomor 126, Palembang terus bergerak hingga menjadi daerah otonom dengan sistem pemerintahan yang mapan.

Abad ke-20 agaknya menjadi tolok ukur dari kehidupan industri Palembang. Pada sektor pariwisata, ditemukan berbagai hotel dengan akomodasi yang begitu baik. Beberapa hotel tersebut di antaranya: Hotel Emma (1891), Hotel Ratu Wilhelmina (1902), Hotel Palembang (1912), Hotel Joling atau Hotel Schwartz (1923), hingga hotel-hotel baru yang kini bermunculan. Di sisi lain, industri pariwisata kota Palembang didukung pula dari sektor kuliner. Komoditi Kopi Palembang menjadi satu produk yang terus mengalami eskalasi permintaan sejak tahun 1711. Pemerintah Hindia Belanda turut memiliki andil dalam pernjualan ini. Sementara itu, pempek yang menjadi makanan khas rupanya merupakan produk akulturasi budaya yang banyak dipasarkan pada awal tahun 1900an oleh masyarakah keturunan Tionghoa. Kuliner pempek kemudian menjelma menjadi komoditi legendaris dari kota ini. Pada sektor busana, songket asal Palembang tidak ubahnya membius para penikmat fasyen. Songket Palembang mulanya berasal dari sutra, dan telah diproduksi sejak abad ke-8. Industri songket kemudian bertumbuh dan mendarah daging sebagai kain pokok dari kotapraja ini.

Balawana van Palembang kemudian membawa para pengunjung untuk menikmati kilas balik kotapraja. Peradaban maritim sebagai titik mengawali sejarah kota ini, kemudian pertumbuhan industri yang memberi perubahan pada fasad dan sudut kota. ditampilkan sebagai sebuah refleksi. Akar sejarah memang tertanam dalam, namun batang dan dahan terus tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan. Perubahan adalah Langkah menuju keabadian. Mari membaca Palembang dari masa ke masa.

Palembang memiliki sejarah panjang dalam khasanah budaya Nusantara. Tentu juga memberi catatan bahkan ilham dalam perkembangan kebudayaan yang masih tetap dapat kita jumpai sampai saat ini. Narasi Kopi, Pempek, dan Songket kemudian menjadi ikon yang amat popular selain kehidupan maritim masyarakat Palembang yang tergambar dari Sungai Musi.

Kilas balik kisah Palembang lintas masa ini kemudian hadir dalam sebuah gelaran pameran bertajuk ‘Balwana van Palembang’, Pameran ini mengisahkan akar sejarah Palembang hingga berbagai potensi budaya dan pariwisata yang hidup dalam iklim modernitas. Jadilah saksi dari mozaik kisah Palembang dałam pameran yang diselenggarakan di Bentara Budaya Yogyakarta pada 2-6 Juni 2022.