Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025: “Adoh Ratu, Cedhak Watu”

🎭 Festival Kebudayaan Yogyakarta 2025: Merawat Doa, Musik, dan Semangat Gunungkidul
Gunungkidul, 18 Oktober 2025 — Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 resmi ditutup dengan perayaan yang memadukan tradisi, musik, dan semangat warga di Lapangan Logandeng, Gunungkidul. Selama sepekan, FKY menjadi magnet bagi ribuan pengunjung yang haus akan pengalaman budaya dan kreativitas anak muda.
Mengusung tema “Adoh Ratu, Cedhak Watu”, FKY 2025 merayakan etos masyarakat Gunungkidul—jauh dari pusat kekuasaan namun kaya dengan kemandirian dan daya hidup. Dari ritual adat, pameran seni rupa, hingga konser musik “Rock in Doc” yang mengguncang panggung utama, festival ini menunjukkan bahwa kebudayaan tidak hanya dirawat, tapi juga dirayakan dengan penuh cinta dan kebersamaan.
🌿 Menanam Doa, Merawat Tradisi
Penutupan FKY 2025 diawali dengan prosesi “Nandur Donga, Ngrumat Kajat”, sebuah ritus syukur di Pawon Hajat Khasiat hingga Galeri Olah Rupa. Prosesi ini menjadi simbol doa bersama dan penanaman pohon lo — pohon yang menjadi asal nama Desa Logandeng — sebagai harapan untuk terus menumbuhkan semangat gotong royong dalam berkebudayaan.
Ritual sakral “Mindhang Pasar Kawak” turut mengakhiri festival, menandai pemenuhan janji dan rasa syukur warga atas keberlangsungan acara. Diiringi sesaji gula setangkep dan kembang boreh, ritual ini menjadi penutup yang penuh makna dan spiritualitas.
🎤 Musik dan Seni Menyatukan
Panggung FKY menjadi ruang ekspresi yang hidup dengan penampilan Orkes Keroncong Lintang Kanistha, Sigit Nurwanto, Sanggar Seni Rawikara Nari Bahuwana, Jumat Gombrong, hingga FSTVLST. Ribuan penonton bersorak dalam satu energi, menjadikan Gunungkidul sebagai pusat perhatian budaya dan musik lokal.
Tak hanya soal hiburan, FKY juga berdampak luas secara sosial-ekonomi. Lebih dari 2.500 pelaku seni dan budaya terlibat, dengan total perputaran ekonomi mencapai Rp 460 juta dan partisipasi masyarakat mencapai 72.000 pengunjung. Secara digital, konten FKY 2025 menjangkau lebih dari 3 juta penonton di berbagai platform sosial media — dari Indonesia hingga Swedia dan Amerika Serikat.

💬 Suara dari Para Penggerak Budaya
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menyampaikan apresiasinya:
“FKY adalah perayaan hidup bersama dalam kebudayaan. Gotong royong inilah yang membuatnya terus hidup.”
Sementara B.M. Anggana, Direktur FKY 2025, menutup dengan refleksi hangat:
“Yang memelihara kebudayaan bukanlah kekuasaan, tapi kasih sayang antarwarga. Semoga FKY terus hidup bukan karena dilindungi, tapi karena dicintai.”
🏞️ Menuju FKY 2026: Dari Gunungkidul ke Sleman
Setelah menelusuri “pangan” di Kulon Progo (2023), “benda” di Bantul (2024), dan “adat istiadat” di Gunungkidul (2025), perjalanan FKY berlanjut tahun depan ke Kabupaten Sleman dengan tema baru yang dijanjikan lebih segar dan reflektif.