Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2019 Resmi Ditutup
Eventweb, Yogyakarta – Perhelatan kebudayaan tahunan kebanggaan masyarakat Yogyakarta yang mulai tahun ini namanya berubah menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) resmi ditutup di Kampoeng Mataraman, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta malam ini (21/7).
Sebelum proses penutupan yang ditandai oleh pidato pertangggungjawaban Ketua Umum FKY 2019, Paksi Raras Alit, festival yang telah berlangsung pada 4 – 21 Juli 2019 ini dimeriahkan beragam kegiatan di area Kampoeng Mataraman serta di Telaga Julantoro Panggungharjo, salah satunya workshop dry bag hasil pemanfaatan limbah vinyl bekas info peta lokasi venue FKY 2019 oleh The Trekkers.
Prosesi penutupan FKY 2019 sendiri baru dimulai pukul 19:30 WIB dengan diawali Tari Golek Ayun-ayun dan dipandu oleh duo MC, Gundhisos dan Annisa Hertami. Setelah pembacaan doa yang dipimpin oleh Mas Kaum Junaedi, Lurah Panggungharjo Wahyudi Anggoro Hadi, tampil memberikan sambutannnya.
“Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 memberikan kesempatan bagi seluruh warga Panggungharjo untuk menggali nilai-nilai local selama mungkin nyaris terlupakan, seperti toleransi, rembugan, dan gotong royong, dalam rangka menyelesaikan dan memecahkan permasalahan dan tantangan yang dihadapi selama pelaksanaan festival ini,” paparnya.
Kemudian Ketua Umum FKY 2019, Paksi Raras Alit yang pada giliran berikutnya memberikan pidato laporan pertanggungjawaban pelaksanaan, memaparkan pencapaian-pencapaian yang diperoleh.
Dalam rangkaian acara tersebut, Paksi Raras Alit menyampaikan laporan singkat pertanggungjawaban gelaran acara yang dimulai sejak pre-event pertama pada 1 Juni 2019 lalu hingga sehari sebelum penutupan dan telah berlangsung di 11 titik lokasi seperti yang direncanakan.
“Melibatkan lebih dari 4000 pelaku seni dan berhasil mendatangkan pengunjung ke seluruh agenda FKY 2019 terhitung sebanyak 146.581 orang, sehingga diperkirakan lebih dari 8.600 pengunjung per hari. Apresiasi yang luar biasa dari masyarakat terhadap festival ‘baru’ ini,” ungkapnya.
Lanjut dalam laporan yang disampaikan, bahwa dampak positif juga dapat dilihat dari perputaran ekonomi masyarakat di antaranya terhitung dari data jumlah total transaksi yang terjadi di 57 stan Pasar Seni sebesar Rp 470.539.800, di 90 stan Pasar Tiban yang hadir tiap akhir pekan sebesar Rp 61.044.500, dan di lebih dari 45 stan kuliner yang dikelola oleh Kampoeng Mataraman sebesar Rp 1.753.927.000. Selain itu, dari 4 kantong parkir motor dan 3 kantong parkir mobil di area Kampoeng Mataraman dan Telaga Julantoro telah menghasilkan Rp 64.236.000 bagi warga sekitar.
“Harapannya, FKY tetap menjadi acara yang bermanfaat bagi masyarakat Yogyakarta, dan mampu memperkenalkan praktek kebudayaan yang terjadi di sini ke seluruh Indonesia hingga luar negeri,” lanjutnya mengakhiri sambutannya.
Usai memberikan sambutan dari Ketua Umum FKY 2019, proses penutupan FKY 2019 dilakukan secara resmi secara simbolis, ditandai dengan penyerahan penyerahan Panji FKY dari Ketua Umum FKY kepada Dra. Yuliana Eni Lestari Rahayu, yang kemudian diserahkan kepada Kepala Seksi Seni Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dra. Purwiati. Usai prosesi penutupan FKY 2019 secara simbolis tersebut, Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat dan Tradisi, Lembaga Budaya, dan Seni Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dra. Yuliana Eni Lestari Rahayu, menyampaikan sambutannya.
“Kami punya tugas besar dengan bantuan masyarakat Yogyakarta ke depannya untuk memikirkan FKY ini akan dibawa ke mana. Harapannya kami ingin FKY menjadi ikon yang selalu dinanti-nanti masyarakat Yogyakarta setiap tahunnya,” ujarnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan penampilan musik yang diiringi canda-canda jenaka dari Srundeng ft. Extravagongso di Panggung Gedhong Rembulan dan penampilan Guyon Waton di Panggung Telaga Julantoro. Kemeriahan di ajang penutupan FKY 2019 ini masih berlanjut dan makin menghangat dengan kehadiran Dangduters yang menghibur para penonton yang bertahan di area panggung Gedong Rembulan, Kampoeng Mataraman, Panggungharjo. Dangduters ini adalah sebagian seniman yang pernah melakukan lokakarya Wirasa dengan metode Sariswara di Museum Dewantara Kirti Griya pada 8 – 15 Juli 2019, dan dipresentasikan kepada umum pada 16 Juli 2019 di tempat yang sama. (*)